Ela dan teman-teman mencoba tetap bergembira walaupun kehidupan mereka selalu di bawah teror Mak Gemblong. Mak Gemblong memaksa mereka mencari uang untuk taruhan di meja judi dan tidak segan-segan main tangan. Hanya imajinasi dan pertemanan dengan sisa-sisa pemikiran lugu yang masih ada untuk mereka jadikan pegangan hidup setelah mengetahui seberapa kejam ibukota bisa menghukum mereka hanya karena mereka ‘tinggal di kota besar’.
Rizki dan istrinya pernah mengucapkan janji di pulau Karimata, untuk selamanya bersama membangun sebuah keluarga. Tapi setelah masalah yang cukup besar mendera, masih sanggupkah mereka mempertahankan janji itu? Lebih-lebih … demi Ririn, anak mereka?
Di sebuah rumah, tinggalah sepasang suami istri. Anak-anak mereka sudah pergi, membentuk keluarga sendiri-sendiri. Rumah yang biasa ramai kini menjadi sepi. Bila rindu, kadang yang bisa menghibur hanyalah penggalan-penggalan memori. Perlukah kejamnya roda waktu yang tidak mau berhenti terus-menerus disesali? Mereka berdua mencari apa yang masih bisa disyukuri.
Mereka, ditambah tujuh belas tokoh lain mempunyai cerita sendiri-sendiri. Mereka semua dihubungkan oleh satu : langit malam yang sama. Bersama langit malam, mereka bercerita.
Dengarkan setiap cerita mereka di :
Judul buku : Lapangan Tanah Merah
Penerbit : Nulisbuku
Harga : Rp. 33.000
Order now at : http://nulisbuku.com/books/view/lapangan-tanah-merah
“Karena cinta itu universal …”
Peri Penulis 